Model Cooperative learning tipe Numbered
heads together (Kepala bernomor) dikembangkan spencer kagan(1993). Metode Numbered
Heads Together ini merupakan variasi dari diskusi kelompok, dimana
setiap siswa mendapatkan nomor yang berbeda dalam satu kelompoknya tetapi
memiliki nomor yang sama dengan kelompok lain. Nomor- nomor tersebut akan
dipanggil secara acak untuk menjawab hasil diskusi kelompoknya. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.
Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka.
Menurut Muhamad Nur (2005: 78),”Numbered Heads
Together pada dasarnya merupakan varians dari diskusi kelompok, ciri khasnya
adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa
memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu”. Metode
NHT ini memang merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung
jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan cara tersebut secara tidak
langsung menuntut semua siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Teknik ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikanide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua
usia anak didik.(Anita lie, 2005 : 59).
Menurut Muhammad
Nur(2005:78), Metode NHT ini memiliki kelebihan dan juga kelemahan, yaitu:
Kelebihan Dari metode NHT,yaitu
1.
setiap siswa menjadi siap,
2.
dapat melakukan diskusi
dengansungguh-sungguh,
3.
siswa yang pandai dapat mengajari siswa
yang kurang pandai.
Kelemahan dari metode NHT, yaitu:
1.
kemungkinan nomor yang dipanggil,
dipanggil lagi oleh guru,
2.
tidak semua anggota kelompok dipanggil
guru.
Langkah-langkah
penerapan NHT sebagai berikut :
a.
Guru
menyampaikan materi pembelajaran atau permasalaha kepada siswa sesuai dengan
Kompetensi Dasar yang akan dicapai.
b.
Guru
memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk memperoleh skor dasar atau
awal.
c.
Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada
setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
d.
Guru mengajukan permasalahan untuk
dipecahkan bersama dalam kelompok.
e.
Guru mengecek pemahaman siswa dengan
menyebutkan salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah
satu siswa yang ditunjuk guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f.
Guru memfasilitasi siswa dalam
membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir
pembelajaran.
g.
Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara
individual.
h.
Guru memberikn penghargaan kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual
dari skor dasar ke skor kuis berikutnya(terkini);
Sumber:
Slameto.
2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempenaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.
Hal: 2
Daryanto, Mulyo
Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran
Inovatif. Yogyakarta: Penerbit Gava Media. hal: 241–234.
Sanjaya
Wina. 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media. Hal: 241–243.
Suprijono,
Agus. 2011. Cooperative Learning teori
dan Aplikasi PAIKEM. Jakarta: Pustaka Belajar. Hal: 54–57.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar