Rabu, 15 Januari 2014

Model Cooperative Learning tipe Numbered heads together

Model Cooperative learning tipe Numbered heads together (Kepala bernomor) dikembangkan spencer kagan(1993). Metode Numbered Heads Together ini merupakan variasi dari diskusi kelompok, dimana setiap siswa mendapatkan nomor yang berbeda dalam satu kelompoknya tetapi memiliki nomor yang sama dengan kelompok lain. Nomor- nomor tersebut akan dipanggil secara acak untuk menjawab hasil diskusi kelompoknya.  Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Menurut Muhamad Nur (2005: 78),”Numbered Heads Together pada dasarnya merupakan varians dari diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu”. Metode NHT ini memang merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan cara tersebut secara tidak langsung menuntut semua siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikanide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua usia anak didik.(Anita lie, 2005 : 59).

Menurut Muhammad Nur(2005:78), Metode NHT ini memiliki kelebihan dan juga kelemahan, yaitu:
 Kelebihan Dari metode NHT,yaitu
1.      setiap siswa menjadi siap,
2.      dapat melakukan diskusi dengansungguh-sungguh,
3.      siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan dari metode NHT, yaitu:
1.      kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru,
2.      tidak semua anggota kelompok dipanggil guru.

Langkah-langkah penerapan NHT sebagai berikut :
a.             Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalaha kepada siswa sesuai dengan Kompetensi Dasar yang akan dicapai.
b.            Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk memperoleh skor dasar atau awal.
c.              Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
d.             Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e.              Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebutkan salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f.               Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
g.              Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h.            Guru memberikn penghargaan kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya(terkini);




Sumber:
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempenaruhinya. Jakarta: Rineka cipta. Hal: 2
Daryanto, Mulyo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Penerbit Gava Media. hal: 241–234.

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.  Hal: 241–243.


Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning teori dan Aplikasi PAIKEM. Jakarta: Pustaka Belajar. Hal: 54–57.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar